PPGT 2012

PPGT 2012. Teknik Sipil. UNESA

Wisata Pulau Banyak Barat

Go to Blogger Sultan Irhamsyah PBB

Wisata Pulau Banyak Barat Aceh

Go to Blogger Sultan Irhamsyah PBB

Pulau Bangkaru (Wisata Penyu)

Go to Blogger Pulau Bangkaru, Wisata Penyu

Pulau Banyak Barat (PBB)

Pulau Banyak Barat Merupakan Wisata Yang Sudah standart Internasional

Sunday, April 12, 2015

Ujian Teknik Konstruksi Bangunan Gedung

Saturday, April 11, 2015

TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

MENYIAPKAN PEKERJAAN PASANGAN BATU

A. Menyiapkan Lokasi dan Material Pasangan Batu
  1. Lokasi
  • Di dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah yang akan menghambat jalannya pekerjaan selalu dilakukan pada awal pekerjaan. Pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan tenaga yang besar kecuali pekerjaannya memang besar yang akan dibahas secara tersendiri karena menyangkut penggunaan alat berat seperti buldozer, back hoe dan lain-lain.
  • Memindahkan benda yang akan menghambat proses pekerjaan. Pekerjaan memindahkan sering dilakukan menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Kalau kondisi lapangan pekerjaan lahan baru, biasanya ada pohon yang perlu ditebang. Kondisi lapangan bangunan lama juga perlu pembongkaran dan pengamanan alat dan bahan yang masih terpakai, barang tersebut diinventaris dan diletakkan pada ruangan yang aman.
  • Membuat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan tersedianya air. Untuk sarana kebersihan disediakan tempat tersendiri sesuai dengan macam sampah yang dibuang. Pemasangan lampu bisa menyesuaikan dengan kondisi lapangan, andaikan dekat dengan rumah tinggal, bisa langsung menyambung dengan rumah terdekat. Bila jauh bisa menghubungi PLN dan bila tidak maka bisa menggunakan tenaga disel atau lainnya. Kebutuhan air biasanya dengan cara pemboran/membuat sumur atau memasang ledeng.
2. Material
Material yang perlu disiapkan dalam pasangan batu meliputi peralatan dan bahan. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pasangan batu perlu dipersiapkan dekat dengan tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Material yang sangat penting dipersiapkan di dekat lokasi kerja biasanya adalah :
a. Batu pecah/kali
b. Peralatan pengukuran (water pass/selang plastik, patok dan papan, meteran)
c. Peralatan kerja (sendok spesi, cangkul, palu)
d. Bahan adukan (pasir dan semen), dan
e. Tempat membuat adukan/spesi
B. Melakukan Pekerjaan Pengukuran dan Leveling Lapangan
         Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran.
       Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.
1. Membuat Bidang Datar
        Untuk membaut bidang datar ("waterpas") pada pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar dan luas dapat digunakan pesawat waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran kecil seperti rumah tinggal, cukup menggunakan alat bantu sederhana berupa selang plastik yang diisi dengan air hingga dua permukaan air dalam selang plastik membentuk bidang datar.

       Untuk bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat datarsederhana berupa selang plastik yang diisi air hasilnya cukup akurat, namun untuk bangunan yang berukuran besar, alat bantu tersebut kurang akurat hasilnya. Hal tersebut disebabkan ukuran panjang selang plastik yang terbatas, sehingga dapat mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran kurang akurat.
2. Membuat Garis Siku-siku
     Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil pythagoras, yaitu perbandingan sisi miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan angka perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.
Gambar III-2, Membuat Garis Siku-siku
Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menarik garis dari titik B sejajar dengan AC (BD),
b. Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),
c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik D,dan akan membentuk bidang segi    empat,
d. Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD,
e. Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama panjang, maka garis yang menghubungkan titik CAB belum membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak diagonal BC dengan AD sama panjang.
Gambar III-3 Kontrol Garis Siku-siku
C. Memasang Papan Duga Pekerjaan Pasangan Batu
    Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank) adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar.
     Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan perencanaan, pemasangan papan duga harus memenuhi persyaratan:
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
2. Berjarak cukup dari rencana galian.
3. Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bangunan (bouwplank)        yang lain.
5. Letak kedudukan papan bangunan harus seragam (diusahakan menghadap ke dalam bangunan).
    ntuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada lokasi sudut atau pertemuan bangunan.
Gambar III-4. Pemasangan Bouwplank di Sekeliling Bangunan

      Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku yang juga berfungsi untuk menarik benang sebagai sumbu tembok. Untuk menghindarkan kesalahan yang disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku diberi tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank harus diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang waterpas). Bidang atas papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ± 0,00 sebagai duga lantai. Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku, karena hal tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan dinding.
       Sambungan papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu patok, sehingga jarak patok harus memperhitungkan terhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagai bouwplank. Bila sambungan papan bouwplank terletak di antara patok, maka sambungan papan harus menggunakan klem.
Gambar III-7. Sambungan Papan Pada Patok

D. Cara Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan Papan Duga

1. Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan tarikan benang (garis BA) sebagai dasar pengukuran bangunan.
2. Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis BA dengan menggunakan perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).
3. Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-pa-tok menurut garis EF dan GH.
4. Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya titik duga ± 0,00 dengan membuat bidang datar pada setiap patok.
5. Pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga tersebut.
6. Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan beri tanda dengan cat atau meni.

MEMASANG PONDASI DAN DINDING
A. Menyiapkan Adukan Mortar/Spasi
        Mortar adalah suatu bagian pasangan batu yang setara dengan pasangan batu itu sendiri. Adukan berfungsi untuk membantali satuan pasangan batunya, yang mendukungan penuh satu sama lain. Adukan memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya air dan angin. Adukan merekatkan satuan-satuan tersebut satu sama lain untuk mengikatnya menjadi satuan struktural monolitik dan juga penting untuk penampilan dinding pasangan batu. Jenis adukan yang paling karakteristik terbuat dari semen portland, kapur hidrasi, agregat (pasir), dan air.
      Pasir harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang terlalu kasar atau terlalu halus. Semen portland merupakan bahan perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen portland akan "keras" dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di bawah bata, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran
    dan daya kerjanya. Kapur diproduksi dengan cara membakar batu kapur atau cangkang kerang (kalsium karbonat) dalam tungku untuk menghilangkan karbon dioksida dan menyisakan kapur tohor (kalsium oksida).
     Kapur tohor ini kemudian diberi air dengan membiarkannya menyerap air sebanyak yang dapat dilakukannya, yang menyebabkan pembentukan kalsium hidroksida, yang disebut kapur padam atau kapur terhidrasi. Proses pengairan, yang melepaskan panas dalam jumlah yang banyak, biasanya dilakukan di pabrik. Kapur hidrasi ini selanjutnya dikeringkan, digiling, dan dikemas untuk dikirim. Hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, adukan dibuat tanpa semen portland, dan kapur itu sendirilah yang menjadi bahan perekatnya; adukan ini mengeras dengan cara menyerap karbon dioksida dari udara untuk menjadi kalsium karbonat, sebuah proses yang sangat lambat dan tidak merata.
    Untuk mencapai suatu daya kerja yang ekivalen dengan adukan semen portland kapur, adukan semen pasangan batu diformulasi dengan campuran tambahan yang menaikkan udara yang menghasilkan kandungan udara tinggi pada adukan matangnya. Hal ini akan mengurangi kekuatan rekat antara adukan dan satuan pasangan batu ingá kira-kira setengah dari kekuatan adulan konvensional, yang berarti bahwa kekuatan lentur dan geser dinding tersebut berkurang dan dindingnya lebih dapat diresapi oleh air. Oleh karena itu hanya adukan semen-kapur konvensional yang harus ditentukan untuk pekerjaan pasangan batu yang membutuhkan kekuatan tinggi dan permeabilitas rendah. Agar mudah, semen adukan yang terdiri atas semen portland pracampur dan kapur dengan udara yang terbatas, dapat digunakan dalam membuat adukan semen-kapur.
      Semen merah adalah hasil penghancuran bata, genting dan bahan bakaran lempung lainnya hingga menjadi tepung, semen merah merupakan bahan tambah hidrolik, semen merah juga merupakan sisasisa berasal dari bata yang mengalami kerusakan, bata yang pecahpecah dihancurkan dan diayak untuk dijadikan semen merah.
     Pasir merupakan bahan adukan, merupakan bahan batubatuan dengan ukuran kecil (0,15 mm - 5 mm), syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut :
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara 0,15 mm - 5 mm.
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur oleh pengaruhperubahan iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%:
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organik, garam, minyak dansebagainya.
6. Pasir laut tidak boleh dijadikan bahan bangunan kecuali bila telah diadakan penelitian dan petunjuk dari ahli bangunan.
        Pasir untuk pembuatan adukan atau beton harus memenuhi persyaratan di atas, selain pasir alam (dari sungai atau galian dalam tanah) terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan dari batu yang dihaluskan dengan mesin pemecah batu.
B. Memasang Pondasi Batu Belah
    Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital, berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung sangat tergantung dari konstruksi pondasi.
       Konstruksi pondasi suatu bangunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang kokoh dan kuat untuk mendukung beban bangunan di atasnya.
2. Pondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya. 
3. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, seperti keadaan air tanah dan lain lain.
4. Pondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasi tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) atau terguling.
Gambar IV-1. Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan
      Menurut jenisnya, pondasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pondasi langsung dan pondasi tak langsung. Pondasi langsung adalah pondasi yang dibuat bila kedalaman lapisan tanah keras maksimal 1 meter, sedangkan pondasi tak langsung adalah pondasi yang dibuat bila kedalaman lapisan tanah keras melebihi 1 meter.
1. Pondasi Langsung
      Konstruksi dari pondasi langsung dapat berupa pondasi batu belah/kali, pondasi batu bata, pondasi beton bertulang, pondasi pias, pondasi plat kaki, dan pondasi balok sloof. Lebar dasar pondasi dibuat lebih besar dari tebal dinding tembok di atasnya, hal tersebut dimaksudkan untuk memperkecil beban persatuan luas pada tanah dasar, karena daya dukung tanah dasar pondasi pada umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan badan pondasi. Untuk pondasi langsung yang menggunakan bahan batu kali, batu bata dan beton tumbuk, tampang badan pondasi membentuk bangun trapesium, hal tersebut dilakukan selain berguna bagi kestabilan kedudukan pondasi juga untuk efisiensi.
2. Pondasi Tak Langsung
     Konstruksi pondasi tak langsung digunakan bila lapisan tanah yang baik/keras terdapat cukup dalam dari permukaan tanah. Prinsip dasar dari konstruksi pondasi tak langsung adalah dengan perantaraan konstruksi pondasi tak langsung tersebut beban bangunan dipindahkan ke lapisan tanah dasar pondasi yang baik. Pada tanah bangunan di mana lapisan tanah mudah pecah akibat pengaruh panas sinar matahari dan air sampai cukup dalam dan dan lapisan tanah yang mempunyai daya Teknik 52 Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana dukung besar cukup dalam, bila konstruksi pondasi langsung dikhawatirkan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan dan tidak efisien. Terdapat bermacam-macam jenis konstruksi pondasi tak langsung, diantaranya pondasi umpak, gabungan pondasi plat kaki dan umpak, pondasi sumuran, pondasi tiang straus, dan pondasi tiang pancang.
      Bahasan selanjutnya difokuskan pada konstruksi pondasi langsung berupa pondasi batu belah. Hal tersebut dilakukan mengingat konstruksi pondasi langsung dengan bahan batu belah amat dominan digunakan di lapangan.
3. Memasang Pondasi Batu Belah
      Batu belahi merupakan bahan konstruksi pondasi yang paling banyak digunakan, karena batu belah yang umumnya didapatkan dari batu kali tidak mengalami perubahan bentuk dan kualitas bila tertanam di dalam tanah.
   Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi pondasi adalah batu tersebut mempunyai permukaan yang kasar, berukuran ± 25 cm, bersih dari segala kotoran. Batu belah yang permukaannya halus kurang baik dipakai sebagai bahan pondasi, sehingga harus dipecah terlebih dahulu agar didapatkatkan permukaan yang kasar. Demikian juga dengan batu belah yang berpori sebaiknya tidak digunakan untuk bahan konstruksi pondasi. Permukaan batu yang kasar akan membuat ikatan yang kokoh.
    Pada umumnya tampang lintang dari badan pondasi batu belah berbentuk trapesium dengan lebar sisi bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan susunan batu yang kokoh. Sebelum dipasang, batu belah harus disiram air terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyak mengandung air, maka sebelum pondasi dipasang harus disusun terlebih dahulu pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-rongganya.

Gambar IV-2. Batu Kali Sebagai Bahan Konstruksi Pondasi Batu Belah

Bentuk konstruksi pondasi belah antara lain adalah seperti gambar berikut.

Gambar IV-3. Konstruksi Batu Kali
      Bila kondisi lapisan tanah banyak mengandung air, maka sebelum badan pondasi dipasang terlebih dahulu disusun pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-rongganya. Susunan batu kosong tersebut dinamakan aanstamping, yang berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi.

Gambar IV-4. Susunan Pasangan Batu Kosong (aanstampeng)

Gambar IV-5. Aplikasi Pondasi Batu Kali di Lapangan

C. Dinding Bangunan
      Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun penampilan artistik dari bangunan. Ditinjau dari bahan mentah yang dipakai, dinding bangunan dapat dibedakan atas:
1. Bata cetak/bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, Umumnya digunakan pada rumah-rumah sederhana di perkampungan, pagar pembatas tanah dan lain sebagainya.
2. Bata celcon atau hebel, terbuat dari pasir silika. Harganya lebih mahal dari pada bata merah. Ukuran umumnya 10 cm x 19 cm x 59 cm.
3. Dinding Partisi, bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm.
4. Batako dan blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan lubangnya dibuat bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu, sama juga dengan bataco, blok beton ini juga berlubang.
5. Batu bata (bata merah),pada umurnnya merupakan prisma tegak (balok) dengan penampang empat persegi panjang, ada juga batu Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana-IV 55 bata yang berlubang-lubang, batu bata semacam ini kebanyakan digunakan untuk pasangan dinding peredam suara. Ukuran batu bata di berbagai tempat dan daerah tidak sama besamya disebabkan oleh karena belum ada keseragaman ukuran dan teknik pengolahan. Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm sampai 24 x 11,5 x 5,5 cm.
D. Memasang Dinding Bangunan
1. Dinding Bata Kapur
     Ukuran dinding bata kapur 8 cm x 17 cm x 30 cm. Dinding ini banyak digunakan pada rumah-rumah di pedesaan, perumahan rakyat, pagar pembatas tanah, atau rumah sederhana. Dinding bata kapur terbuat dari campuran tanah liat dengan kapur gunung. Macam-.macam tipe campuran antara lain:
a. campuran bahan: tanah liat + tanah kapur + kapur-bubuk + semen.
b. Campuran bahan : tras + kapur
c. campuran bahan: tanah liat + pasir + kapur bubuk + pc.
      Harganya sangat murah. Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit pemakaian adukan semen-pasir. Bila telah terpasang dan diplester serta diaci dinding ini tidak akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini memerlukan kolom pengaku (kolom praktis) setiap 2,5 m.
2. Dinding Bata Hebel Atau Celcon
     Dinding bata hebel atau celcon adalah bahan bangunan pembentuk dinding dengan mutu yang relatif tinggi. Penjualan bata jenis inipun tidak diretail pada setiap agen atau toko material. Pembelian biasanya harus dengan memesan terlebih dahulu. umumnya berukuran Teknik 56 Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana 10 cm x 19 cm x 59 cm. Bahannya terbuat dari pasir silika. Bata jenis ini harganya lebih mahal kurang lebih 16,5 % dari harga dinding bata merah untuk setiap 1 m2 terpasang. Dinding jenis ini sering digunakan pada rumah-rumah mewah, hotel, apartemen, monumen dan gedung-gedung mewah yang lain.
Kelebihan yang dimiliki dinding ini adalah cepatnya proses pemasangan, mudah dalam pemotongan karena hanya menggunakan gergaji, bahannya tahan api dan air serta kedap suara. Dinding jenis inibisa saja tidak diplester, cukup diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif rata dan permukaan batu yang lebar. Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu, dalam praktik pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang.
Gambar IV-7. Bata Hebel dan Pengerjaan Bata Hebel.
     Jarak pemasangan kolom penguat sama dengan yang disyaratkan pada bata merah. Pemesanan tidak dilakukan secara unit, melainkan dalam ukuran 1 m3. Untuk 1 m3 bata jenis ini bisa digunakan untuk pasangan dinding seluas 11,5 m2. Namun hal ini tergantung juga dengan ketebalan dinding, bisa saja kurang dari 11,5 m2 bila ketebalannya lebih besar.
Gamabar IV-8. Bata Hebel Dalam Pengiriman dan Aplikasinya Dalam Pasangan Dinding .

Gambar IV-9. Bata Hebel Buatan Xella, Dengan Bata Hebel Pembangunan Gedung Dapat Dilakukan Secara Para Fabrikasi.

Gambar IV- 10. Proses Pembuatan Bata Hebel
3. Dinding Partisi
      Sesuai dengan namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang. Karena di desain sebagai sekat antara ruang Teknik 58 Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih praktis dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding yang lain. Bahan partisi untuk dinding jenis ini termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar (eksterior). Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari gangguan luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang untuk memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat ruangan, terutama di perkantoran.
      Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm. Bahan lain yang bagus untuk partisi adalah papan semen fiber glass. Bahan tersebut terbuat dari campuran semen dan fiber glass sehingga sangat kuat. Pemasangan ke rangka (kayu atau hollow) menggunakan sekrup. Bahannya mudah dipotong hanya menggunakan gergaji. Ketebalannya beragam mulai dari 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, dan 15 mm. Panjang dan lebarnya sama dengan ukuran lembaran tripleks, yaitu 122 cm x 244 cm. Dari segi beban terhadap bangunan, dinding partisi dapat diabaikan. Untuk dinding partisi yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan kurang aman, mengingat bahan mudah terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena air. Secara umum pemakaian partisi selalu dibuat dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk pembatas ruangan. Jenis bahan disesuaikan dengan selera dan besarnya biaya.
     Dewasa ini penggunaan dinding partisi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan perumahan dan perkantoran yang tidak hanya mempertimbangkan faktor biaya dan waktu yang dihabiskan dalam membangun suatu bangunan. Dinding partisi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat di sektor real. Sementara ini dinding partisi merupakan hasil dari pengembangan teknologi yang tepat guna. Dimana perkembangan teknologinya selalu meningkat sejalan dengan inovasi produsen dinding partisi ini.
Gambar IV-12. Potongan/Tampak Atas dan Spesifikasi Produk Dinding Partisi.

Gambar IV-13. istem Partisi Tahan Api 2 jam Ketinggian Optimal, Menggunakan 2 Lapis Papan Gipsum 16 mm yang di Aplikasikan pada Kedua Sisi dan Rangka BMS Dengan Tebal (TCT) Min 0,55mm.
4. Dinding Batako
    Batako merupakan batu buatan yang pembuatannya tidak dibakar, bahannya dari tras dan kapur, juga dengan sedikit semen portland, Pemakaiannya lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 %. Beratnya tembok diperingan dengan 50 %, dengan demikian juga pondasinya bisa berkurang. Namun demikian masih lebih mahal jika dibanding dengan bata kapur Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan jika kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu diplester. Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin yang sederhana dan tidak perlu dibakar. Namun bahan bangunan tersebut masih baru di Indonesia, cara-cara pembuatan, pemakaian pemasangan maupun adukanadukannya dapat dipelajari dengan seksama.
     Tras dan kapur dengan perbandingan 5 : 1 jika kualitas tras cukup baik, jika perlu ditambah dengan sedikit semen portland, diaduk sebaik-baiknya dalam keadaan kering. Tempat pembuatan adukan harus bersih dan terlindung dari hujan. Kemudian adukan yang kering diaduk dengan air secukupnya. Untuk mengetahui kadar air dari suatu adukan dibuat bola-bola adukan, yang digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan dijatuhkan hanya sedikit berubah bentuknya, maka kandungan air dalam adukan itu terlalu banyak, dan bila dilihat telapak tangan tidak berbekas air, maka kadar air adukan tersebut kurang. Jikalau kadar air tercapai dengan tepat, perataan dapat dimulai. Batu-batu yang baru dicetak disimpan dalam los agar terhindar dari panas matahari maupun air hujan, kemudian diletakkan berderet di rak dengan tidak ditimbun.
    Masa perawatan 3 hari sampai 5 hari, guna memperoleh pengeringan dan kemantapan bentuk. Biarkan masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk memperoleh proses pengerasan. Di samping itu diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap lembab.

Gambar IV 14. Beberapa Macam Bentuk Batako

Keterangan:
a. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.
b. panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup pada sudut sudut dan pertemuan.
c. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding pengisi dengan tebal 10 cm.
d. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup pada dinding pengisi.
e. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan.
f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding pengisi.

Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut:
a. Disimpan dalam keadaan cukup kering
b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan
c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh direndam air
d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk membuat goresan pada batu yang akan dipatahkan.
Gambar IV- 16. Mesin Cetak Batako dan Pemasangan Batako.

Gambar IV- 17. Industri Batako.
     Aturan batu buatan yang tidak dibakar (batako) sebenarnya tidak berbeda dengan aturan batu merah. Pada prinsipnya sistem pemasangannya menggunakan aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi papan mistar yang menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga pada tiap-tiap pemasangan lapisan dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu batako terakhir selalu di tengahtengah.
     Untuk memperkuat dinding batu batako juga digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang yang dicor di dalam lubang-1ubang batu batako. Kolom beton ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding seperti terlihat pada gambar diatas. Jika dinding bersilangan salah satu dinding terdiri dari batu batako yang tidak berlubang, maka digunakan angker besi beton 3/8".
Beberapa aturan pemasangan batako adalah seperti dilihat pada gambar-gambar berikut :
Gambar IV- 18. Beberapa aturan Pemasangan Batako
Gambar IV-19. a dan IV-19 b.
Menyusun dinding pasangan-batu beton: (a) Bantalan adukan ditebar pada fondasinya. (b) Lapisan-arah pertama dari blok untuk pasangan sudut-antar diletakkan di atas adukannya. Adukan untuk siar pasangan pelopor diberikan pada ujung setiap blok dengan cetok sebelum bloknya diletakkan.

Gambar IV-19. c dan IV-19 d.
(c) Pasangan pelopor dibangun lebih tinggi. Adukan biasanya diberikan hanya pada cangkang muka bloknya dan tidak diberikan pada badannya. (d) Ketika setiap lapisanpasangan dibentang, tingginya secara teliti diperiksa entah menggunakan mistar lipat, atau, seperti yang ditunjukkan di sini, batang-ukur tingkat yang ditandai dengan tinggi setiap lapisan-pasangan.

Gambar IV-19. e dan IV-19 f.
(e) Setiap lapisan-pasangan blok penyisip diakhiri dengan blok-tutup, yang harus disisipkan diantara blok yang telah dibentang. Siar kasuran blok-blok yang telah disusun diberi olesan-adukan tepi. (I) Kedua ujung blok-tutup diberi olesan-adukan tepi, dan blok ini diturunkan secara cermat ke tempatnya.

5. Dinding Batu Bata
     Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan dalam pembangunan gedung baik perumahan sederhana sampai pembangunan gedung-gedung yang ukurannya besar. Karena itu pasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam sistem pemasangannya dalam konstruksi dinding.
     Pembuatan batu bata harus memenuhi peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah sebagai bahan bangunan NI-10. Batu merah dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar :
1) Lempung (tanah liat), yang mengandung silika sebesar 50 % sampai dengan 70%.
2) Sekam padi, fungsinya untuk pencetakan batu merah, sebagai alas agar batu merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan batu merah akan cukup kasar. Sekam padi juga dicampur pada batu merah yang masih mentah. waktu pembakaran batu merah akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang terbakar akan timbul pori-pori pada batu merah.
3) Kotoran binatang, dipergunakan untuk melunakkan tanah, digunakan kotoran kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran binatang dalam campuran batu merah ialah membantu dalam proses pembakaran dengan memberikan panasnya yang lebih tinggi di dalam batu merah.
4) Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah. Lempung yang sudah dicampur dengan sekam padi dan kotoran binatang kemudian direndam dengan air ini beberapa waktu lamanya.
     Campuran itu direndam selama satu hari satu malam dengan kondisi yang sudah bersih dari batu-batu kerikil atau bahan lain yang dapat menjadikan kualitasnya jelek. Kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu, bisa juga digunakan cetakan dari baja. Untuk mempermudah lepasnya batu merah yang dicetak, maka bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit ke bawah dan dibasahi dengan air.
      Batu merah yang belum dibakar juga disebut batu hijau. Sesudah keras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Lalu ditumpuk datam susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari dan hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari.
     Pembakaran batu hijau ini dilakukan setelah batu itu kering dan disusun sedemikian rupa, sehingga berupa suatu gunungan dengan diberi celah-celah lobang untuk memasukkan bahan bakar.
    Hasil batu merah yang baik bakarannya, tergantung dari banyaknya batu merah yang dibakar. Kalau yang dibakar sedikit saja, persentase hasil pembakaran lebih banyak. Pada umumnya kerusakan Teknik 68 Konstruksi Bangunan Gedung Sederhana batu merah dalam proses pembakaran sekitar 20% sampai 30%. Bahan bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi. Setelah selesai proses pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam keadaan cukup kering. Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air hujan.
     Sebelum munculnya tungku-tungku modern, bata paling sering dibakar dengan cara menumpuknya dalam jajaran longgar yang disebut sebagai tungku bata-lapangan dengan tanah atau lempung, menyalakan api di bawah jajaran tersebut, dan mempertahankan api itu selama beberapa hari. Setelah mendingin, tungku bata-lapangan itu dibongkar dan batanya dipilah sesuai dengan derajat pembakaran yang telah dialaminya.
   Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering mengalami kelebihanbakar dan terdistorsi, yang membuatnya menjadi tidak menarik, dan oleh sebab itu tidak sesuai digunakan pada pekerjaanbata ekspos. Bata-bata dalam zona tungku bata-Iapangan di dekat api akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi, ini sesuai untuk bata lapis-muka di bagian luar dengan derajat daya-tahan terhadap cuaca yang tinggi.
     Bata yang paling jauh dari api akan menjadi lebih lunak dan akan dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang, sementara sejumlah bata dari sekitar keliling tungku bata-Iapangannya tidak cukup terbakar dan hasilnya tidak baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun, bata yang seperti ini akan dibuang. Sebelum pengangkutan mekanik ditemukan, bata untuk suatu bangunan biasanya diproduksi dari tanah yang diperoleh dari tapak bangunan atau tidak jauh di sekitar lokasi yang akan didirikan bangunan.
Ciri-ciri batu merah yang baik ialah :
1) Permukaannya kasar
2) Warnanya merah seragam (merata)
3) Jika dipukul Bunyinya nyaring
4) Tidak mudah hancur atau patah.
Ukuran-ukuran batu merah bermacam macam tergantung kegunaan dan pesanan, namun umumnya di Indonesia ukuran standar seperti berikut :
1) panjang 240 mm, lebar 115 mm, tebal 52 mm atau
2) panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm
       Penyimpangan terbesar, dari ukuran-ukuran seperti tersebut di atas ialah: untuk panjang maksimal 3 %, lebar maksimal 4 % dan tebal maksimal 5 %. Tetapi antara bata-bata dengan ukuran-ukuran terbesar dan bata-bata dengan ukuran-ukuran ter-kecil, selisih maksimal yang diperbolehkan ialah: untuk panjang 10 mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm.
Batu merah dapat dibagi atas tiga tingkat seperti berikut:
1) Batu merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari 100 kg/cm2 dengan ukuran yang sama tanpa penyimpangan.
2) Batu merah mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara 80 kg/cm2 dan 100 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 10%.
3) Batu merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara 60 kg/cm2 dan 80 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang 20%.
E. Memasang dinding Batu Bata
    Dengan aturan pemasangan batu merah kita menghubungkan batu merah masing-masing bersama mortar menjadi suatu kesatuan yang juga dapat menerima beban. Siar-siar vertikal selalu diusahakan agar tidak merupakan satu garis, harus bersilang, seperti terlihat pada gambar berikut. Siar vertikal pada umumnya kita pilih sebesar 1 cm dan siar horisontal setebal 1,5 cm.
Jika dibedakan pengaturannya, ada beberapa kemungkinan, yaitu :

    Cara pemasangan batu bata adalah: sebelum pemasangan pemasangan perlu dibasahi lebih dahulu atau direndam sebentar di dalam air. Sesudah lapisan pertama pada lantai atau pondasi dipasang, maka disiapkan papan mistar yang menentukan tinggi lapisan masing-masing, sehingga dapat diatur seragam. Kemudian untuk lapisan kedua dan yang berikutnya pada batu masing-masing diletakkan adukan (mortar) pada dinding yang sudah didirikan untuk siar yang horisontal dan pada batu merah yang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertikal. Sekarang batu merah dipasang menurut tali yang telah dipasang menurut papan mistar sampai batu merah terpasang rapat dan tepat. Dengan sendok adukan, mortar yang tertekan keluar siar-siar dipotong untuk digunakan langsung untuk batu merah berikutnya. Pada musim hujan dinding-dinding pasangan batu merah yang belum kering harus dilindungi terhadap air hujan.
     Kualitas batu merah di Indonesia umumnya kurang baik dan sering kurang keras dan padat, tidak seperti batu merah yang dibuat di Eropa dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara pembuatan yang masih sering sangat sederhana. Karena itu, untuk menambah keawetan terhadap pengaruh-pengaruh iklim, maka terutama dinding batu merah dengan tebal 11 cm atau 11,5 cm (karena tipisnya dinding terlalu lemah untuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya horisontal atau gaya gempa) diperkuat dengan rangka yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang setiap luas tembok 12.00 m2. Kolom beton bertulang ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding, dan pada jarak 3,00 m, seperti juga terlihat pada gambar berikut:
Gambar IV-30. Cara Pemasangan Batu Bata Dengan Kolom Beton.
2. Macam Pasangan Batu Bata
a. Tembok memanjang setengah batu

b. Tembok Sudut Setengah

c. Tembok Batu bata dengan ikatan tegak


Thursday, April 9, 2015

MENGGAMBAR INSTALASI DRAINASEGEDUNG

DRAINASE GEDUNG
Menggambar Drainase Gedung
      Drainase memiliki arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Merupakan suatu        tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan,  rembesan,                  maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan  tersebut          tidak terganggu.
     Menangani permasalahan kelebihan air  yang meliputi drainase permukaan dan drainase                         bawah permukaan.

1.      Sistem Sanitasi  Bangunan

Pada perencanaan sistem sanitasi bangunan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi 2 bagian, yaitu:
      a.       Instalasi/jaringan air bersih
      b.      Alat-alat saniter
            Sumber-sumber air bersih
            ·      Perusahaan Air Minum (PAM)
            ·      Sumber setempat (sumur / mata air artesis)
                 Persyaratan air bersih untuk Air minum, Mandi, Cuci
                 ·      Jernih
                 ·      Tidak berwarna
                 ·      Tidak berbau
                 ·      Kadar bakteri rendah

Persyaratan untuk sistem jaringan
·      Tidak mengganggu sistem struktur bangunan
·      Tidak mengurangi estetika
·      Terlindung
·       Peralatan saniter memenuhi standar

Skema Jaringan dari PAM




Skema Jaringan Air Bersih



Dimensi pipa pada jaringan
·           Di halaman                            : 1½” s.d. 2”
·           Menempel dinding bangunan           : 1”
·           Menembus bangunan                        : ½” atau ¾”
·           Ukuran kran                          : ⅜” , ¾” dan ½

Penggunaan Tandon
Keuntungan penggunaan tandon adalah dapat menyimpan air/ terdapat persediaan air pada waktu listrik padam/aliran PAM mati. Yang perlu diperhatikan adalah perawatan / pemeliharaan bak tandon secara berkala.

Perlengkapan Pada Bak Penampung / Tandon 



b.  Alat-alat Saniter
       ·          Bath tub: untuk mandi, dilengkapi kran air dingin dan kran air panas
       ·         Shower: untuk pancuran air mandi
       ·         Closet: untuk buang air besar/kecil, dengan model jongkok/duduk
       ·         Urinoir: untuk buang air kecil khusus pria
       ·         Bidet: untuk buang air kecil khusus wanita
       ·         Washtafel/Lavatory: untuk cuci tangan
       ·         Sink: untuk cuci piring/dapur

           


Sistem Drainase Bangunan
Pada perencanaan sistem drainase bangunan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi 2 bagian, yaitu:
1.     Instalasi/jaringan air kotor
2.     Perlengkapan drainase
a.     Instalasi/jaringan air kotor
1.    Sistem jaringan-Sistem Terbuka untuk air hujan /saluran yang tidak menimbulkan bau
2.    Sistem Tertutup untuk saluran yang menimbulkan pencemaran / polusi.

 Dalam pelaksanaannya untuk saluran tertutup dipisah menjadi 2, yaitu:
 1.    Saluran dari WC >> Septictank >> Peresapan
             2.    Saluran dari Kamar Mandi/Dapur/Cuci >> Peresapan

     

Persyaratan untuk sistem jaringan
1.    Jaringan tidak boleh langsung masuk ke saluran kota,kecuali saluran air hujan
2.   Sistem harus dilengkapi trap yang berfungsi sebagai penahan bau dari saluran pembuang
3.   Jaringan dibuat sependek mungkin
4.   Jangan terlalu banyak bangunan
5.   Belokan tidak boleh tajam < 90°
6.   Pertemuan dan belokan diberi bak kontrol
7.   Kemiringan saluran minimal 1%
8.   Perlu perawatan secara periodic
Saluran air hujan
1.  Air hujan dari cucuran atap serta ruang terbuka/halamandisalurkan ke saluran kota (jika sudah tersedia) atau dibuatkan peresapan local
2.      Saluran dibuat terbuka agar mudah dibersihkan
3.      Menggunakan pipa ½ Ø20 cm
4.      Sebaiknya dibuatkan peresapan tersendiri sebagai usahakonservasi air tanah
5.      Pada bagian yang terkena sirkulasi diberi/ditutup denganpelat beton/kisi-kisi besi beton
6.      Pada pertemuan dan belokan diberi bak control

a.      Perlengkapan Drainase

Septic Tank
Berfungsi sebagai tempat proses pengahancuran disposal padat secara biologis / dibantu bakteri pembusuk.

Kapasitas Tampung
Dimensi cm
T
P
L
15 Orang
150
100
75
25 Orang
150
150
100
50 Orang
150
250
120
100 Orang
150
250
120
150 Orang
150
300
150
200 Orang
150
400
150



Contoh penentuan dimensi ruang penghancur :
Kebutuhan air/orang/hari                                   = 25 liter
Kotoran hancur dalam waktu                            = 3 hari
Tinggi air dalam septic tank (T)                         = 150 cm =1,5 m
Volume air (V) = 15 x 25 x 3 = 1125 liter         = 1,125 m³
Misal direncanakan panjang ruang (P)              = 1 m
Maka lebar ruang (L)                                         = V/T . P = 1,23/1,5 . 1 = 0,75 m

Peresapan Air Kotor
Berfungsi sebagai filter aliran air dari septictank sebelum meresap ke dalam tanah
Terdapat 2 model peresapan, yaitu:
1.        Model memanjang dipergunakan bila halaman cukup luas / tanah merupakan lapisan pasir
2.        Model sumuran dipergunakan pada halaman yang sempit / lapisan tanah bagian atas tidak mudah     meresap air
Peresapan Model Memanjang

Kapasitas Tampungan
  • 15 Orang
  • 25 Orang
  • 50 Orang
  • 100 Orang
Panjang Peresapan
  • 5 m
  • 7 m
  • 10 m
  • 12 m
Peresapan Model Sumuran



Bak Kontrol Air Kotor
Berfungsi untuk pemeliharaan jaringan secara periodic Penempatan bak kontrol, yaitu:

  • Dibuat pada setiap jarak panjang 6 m
  • Pada jaringan pipa yang membelok
  • Pada pertemuan pipa jaringan




Gambar Instalasi Drainase Pada Rumah (skala 1:100)

Simbol-simbol Instalasi Plambing


A.      Drainase Bangunan
a.    Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.
b.    Pengaliran air hujan dilakukan dengan 2 cara :
1.    Sistem Gravitasi
                 Melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota
2.    Sistem Bertekanan (Storm Water)
                 Air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.

Peralatan Sistem Drainase Dan Air Hujan
            1.   Pompa Drainase (Storm Water Pump)
                 Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan sementara menuju                   saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan adalah jenis submersible pump (pompa                       terendam) dengan sistem operasi umumnya automatic dengan bantuan level kontrol yang ada di              pompa dan sistem parallel alternate.

            2.    Pipa Air Hujan
   Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju rol bangunan. Bahan                    yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.

            3.    Roof Drain
   Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di atap bangunan dan air             yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai adalah cast iron dengan diberi saringan                    berbentuk kubah di atasnya

            4.    Balcony Drain Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon. 
Drainange Pump                                  Balcony Drain                          Floor Drain

        
               Roof Drain                         Rainwater Pipe


B.      Sanitasi Dan Drainase Gedung
a.    Sistem Sanitasi Bangunan
Pada perencanaan sistem sanitasi bangunan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi 2 bagian, yaitu:
1.    Instalasi/ jaringan air bersih
2.    Alat-alat saniter
Instalasi jaringan air bersih:
§  Sumber-sumber air bersih
-       Perusahaan Air Minum (PAM)
-       Sumber setempat (sumur)
§  Persyaratan air bersih untuk air minum, mandi, cuci.
-       Jernih
-       Tidak berwarna
-       Tidak berbau
-       Kadar bakteri rendah
§  Persyaratan untuk sistem jaringan
-       Tidak mengganggu sistem struktur bangunan
-       Tidak mengurangi estetika
-       Terlindung
-       Peralatan sanitar memenuhi standar
§  Penggunaan tandon
Keuntungan penggunaan tandon adalah dapat menyimpan air/ terdapat persediaan air pada waktu listrik padam/aliran PAM mati. Yang perlu diperhatikan adalah perwatan atau pemeliharaan bak tandon secara berkala.

Contoh Denah Instalasi Plambing
Gambar Denah Instalasi air Bersih (skala 1:100)

a.    Sistem Drainase Gedung
Pada perencanaan sistem drainase bangunan dapat diuraikan lebih lanjut menjadi 2 bagian, yaitu:
1.    Instalasi/ jaringan air kotor
2.    Perlengkapan drainase
Instalasi jaringan air kotor
a.    Sistem Terbuka untuk air hujan atau saluran yang tidak menimbulkan bau.
b.    Sistem Tertutup
untuk saluran yang menimbulkan pencemaran atau polusi. Dalam pelaksanaannya untuk saluran tertutup dipisah menjadi 2 yaitu:
1.    Saluran dari WC >> Septic tank >> Peresapan
2.    Saluran dari kamar mandi/ dapur/ cuci >> Peresapan

Contoh Denah Instalasi Plambing
Denah Instalasi Air Kotor



 a.   Definisi Sanitasi
§  Usaha melengkapai fasilitas dalam membangun untuk menjamin kondisi bangunan selalu bersih dan sehat.
§   Usaha untuk menunjang bersih dan sehat, maka hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
-       Penyedian air bersih yang cukup
-       Pembuangan air kotor yang lancar
Instalasi air kotor
Merupakan fasilitas yang ada dalam bangunan seperti halnya :
1.   Saluran air pembuangan dari sekitar bangunan ke arah saluran/got yang ada di luar halaman bangunan
2.    Bak kontrol pada tempat tertentu bisa berjarak 15 m’ jika saluran air kotor menerus
3.    Dari talang tegak, penyaluran air hujan yang turun dari penurup atap  ketalang datar
4.  Kemeringan saluran air kotor harus baik, disarankan ≥ 2% agar drainase lancar tanpa  halangan
5.    Saluran air kotor ke WC ke septic tank juga harus lancar, sampai saluran yang dihubungkan  ke arah peeresapan (sumber rembesan)
Bak Kontrol
1.  Bak kontrol merupakan bak kecil yang terpasang diantara pasangan saluran air kotor yang berguna sebagai pengontrol setiap saat jika saluran air kotor mengalami hambatan atau terjadi genangan air yang tidak diinginkan
2. Bak kontrol menggunakan penutup dari cor-coran beton tulang dilengkapi dengan besi pegangan untuk membuka
3.   Dasar bak kontrol harus lebih dalam dari dasar saluran air kotor yang ada dimaksudkan agar endapan yang terjadi mudah dibersihkan;
4.   Penempatan bak kontrol  ada juga ditempatkan pada penutup septic tank. Di samping sebagai pengontrol dapat juga untuk memasukkan slang penyedot air limbah di septic tank
5.  Konstruksi bak kontrol dibuat dari pasangan ½ batu dengan adukan 1 Pc :  Ps dan diplester kedap air 1 Pc : 3 Ps


Posisi Bak Kontrol
            
Gambar Posisi Bak Kontrol

Posisi bak kontrol dibuat sebanyak mungkin, terutama pada bagian persilangan atau belokan dan saluran yang cukup panjang. Jarak bak kontrol untuk saluran lurus minmal 15 m. Kedalamannya sampai dengan 1 m, dengan garis tengah 60-80 cm.

Detail Bak Kontrol
                

Instalasi Air Bersih
1.  Jaringan air bersih darencanakan dari tempat pengambilan air bersih lalu didistribusikan antara lain ke menara air (water torn), titik air yang di pasang pada titik  air untuk bak air dikamar mandi, tidak air di taman, titik air di garasi dan seterusnya

2.    Sumber air bersih dapat dari sumur pompa seperti jet pump, mungkin sumur timba, atau dari  jaringan instalasi air PDAM

3. Instalasi air bersih harus dapat melayani untuk bangunan bertingkat tinggi sehingga kebutuhan air bersih dapat merata di semua tingkat/ lantai

4. Shaft adalah lubang pada pelat lantai untuk keperluan pemasangan pipa-pipa vertikal baik untuk saluran pipa air kotor

Pompa Air dan Lemen Lain

1.  Kebetuhan air bersih dapat diambilkan dari PDAM atau sumur yang dapat dibuat sendiri. Pada bangunan bertingkat diperlukan pompa air untuk menaikkan air dari sumber di bawah ke bak atas yang selanjutnya didistribusikan keseluruh lantai yang membutuhkan. Aliran air dari bak atas ke lantai bangunan akan berjalan secara gravitasi, artinya air mengalir karena ada benda tinggi. Oleh karena itu letak bak air atas harus lebih tinggi 3 m atau lebih dari tinggi lantai tingkat yang tertinggi agar air masih dapat mengalir ke semua tingkatan lantai
2.  Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah kelevel yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu pompa hisap dan pompa hisap tekan. Pompa hisap hanya menaikan air dari level di bawah pompa kelevel sama dengan level pompa-pompa hisap tekan menaikan air dari level dibawah pompa kelevel diatas pompa.
         
                   Detail Pompa dan Pengaliran                 Distribusi Aliran Air Keberbagai Lantai

Saluran Pembuangan Air Hujan
a.    Area Drain : yang berfungsi seperti corong, menangkap air dari suatu daerah berukuran tertentu dan sekedar mengarahkan air dari permukaan langsung kedalam pipa. Kelemahannya, adalah dalam jangka waktu yang panjang sering kali pipa tersumbat oleh kotoran atau tanah yang terbawa oleh aliran air hujan. Kelemahan lainnya adalah bahwa elevasi dari area drain tidak fleksibel, harus merupakan titik terendah dari semua  bidang miring aliran

b. Bak Pengumpul : fungsinya serupa dengan area drain, menangkap air permukaan suatu daerah tertentu. Tetapi, dikembangkan lebih lanjut dengan fungsi tambahan, yaitu fungsi penangkap tanah dan kotoran. Karena adanya fungsi ganda inilah, maka bak pengumpul ini menjadi sangat disukai dan digunakan
c. Pipa Pengumpul Atau Pengumpul Berbentuk Linier : Bentuk ini mempunyai kelebihan, yaitu elevasinya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti berbagai ketinggian tanah, jalan, atau tempat parker

Jenis Pembuangan Air Hujan

JANIS PEMBUANGAN AIR HUJAN (1)
JENIS
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
Pipa 80-100 mm
ü  Saluran tersembunyi hingga pengaruh bau dan pemandangan kurang baik dapat tercover;
ü  Biaya pembuatan murah
ü  Rentan kebocoran;
ü  Sulit pengontrolan;
ü  Mahal biaya perawatan.
Menggunakan buis beton ½ (sistem terbuka)
ü  Murah dan mudah saat perawatan;
ü  Biaya pemasangan murah;
ü  Mudah pengontrolan;
ü  Tidak rentan kebocoran
ü  Saluran air terbuka sehingga pengaruh bau dan pandangan tidak baik dapat tercover.

JENIS PEMBUANGAN AIR HUJAN (2)
JENIS
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
Resapan air hujan
ü  Kondisi air tanah terjaga;
ü  Peresapan tidak terlalu mempengaruhi kondisi tanah.
ü  Mahal saat pelaksanaan;
ü  Butuh area tambahan untuk resapan
Saluran terbuka (bukan buis beton)
ü  Mudah pengontrolan;
ü  Tidak rentan kebocoran.
ü  Pengaruh bau dan pandangan tidak sedap tidak tercover;
ü  Relatif mahal dan memakan waktu lama saat pelaksanaan.
Saluran tertutup dengan buis beton
ü  Sulit saat pengontrolan;
ü  Sulit saat perawatan.